Penderita tuna netra mengalami kesulitan ketika hendak berjalan. Mereka
harus tergantung pada tongkat. Nah, bagaimana agar mereka tak tergantung
dengan alat bantu tersebut?
Muhammad Luqman dan Faishal Fuad Rahman dari SMA Negeri 2 Yogyakarta
menciptakan "Sepatu Bermata Dua", sepatu yang dilengkapi dengan
perangkat robotik untuk mengatasi masalah tersebut, menghapus
ketergantungan penderita tuna netra pada tongkat.
Perangkat robotik yang digunakan adalah jenis line follower. Perangkat
ini disematkan pada sepatu penderita tuna netra. Sebagai sumber daya,
dipakai baterai ponsel. Sementara, pada bagian bawah sepatu terdapat
sensor yang dapat mendeteksi warna.
"Pada dasarnya sepatu ini bekerja dengan mendeteksi warna," kata Luqman.
Untuk mendukung kinerja perangkat ini, penyedia fasilitas gedung atau
trotoar tinggal mendesain ubin dengan warna hitam dan putih, dengan
warna hitam sebagai jalur bagi penderita tuna netra. Warna hitam bisa
juga diganti dengan warna gelap lainnya.
"Dengan sepatu ini, penderita tuna netra tinggal berjalan tanpa perlu
tongkat. Sewaktu-waktu pengguna keluar dari jalur, maka sepatu akan
berbunyi, jadi penderita bisa kembali ke jalurnya," kata Luqman saat
ditemui dalam pameran karya finalis National Young Invovation Award yang
diadakan LIPI minggu lalu.
Menurut Luqman, perangkat robotik didesain bisa dipasang dan dilepas
sehingga penderita tuna netra bisa berganti sepatu. Ke depannya, Luqman
dan Faishal berencana untuk merancang perangkat menjadi lebih ringkas
sehingga tidak menyulitkan penderita tuna netra. "Akan bagus kalau ada
vendor yang mau bekerja sama," cetus empunya.
1 komentar
Apa ada pengaruh negatifnya, jika menggunakan sepatu bermata dua itu?